Saat meninjau ke lokasi, Titik berencana akan berkoordinasi dengan Yayasan Siswa Tama pemilik gedung tersebut dengan Dinas Pendidikan Kota Surabaya, meskipun dikelola oleh swasta dan bukan sekolah negeri. Menurutnya tetap diperhatikan nasib calon pemimpin-pemimpin masa depan tersebut.
Untuk diketahui, proses belajar mengajar SMP PGRI 16 dimulai siang hari, dikarenakan pagi digunakan sebagai tempat belajar mengajar SD Siswa Tama. Ada tiga ruang sekolah yang dibangun oleh Njomo bin Towidjojo dan diresmikan pada 29 Agustus 1970 silam itu, mengalami kerusakan parah dan tidak bisa digunakan belajar, karena gentengnya ambrol, atap dan kayu penyangganya juga hancur dimakan rayap. Bahkan, ada bagian genteng yang tinggal menunggu waktu ambrol lagi.
"Saya sudah menanyakan ke kepala sekolahnya. Memang tidak bisa berbuat apa-apa, karena SMP PGRI 16 hanya mengontrak. Dan saya masih belum bertemu ketua yayasannya," ujarnya.
Titik yang juga menjabat sebagai Ketua Kaukus Perempuan Parlemen DPRD Prov. Jatim ini mengakui, memang agak repot ketika sekolah tersebut dikelola oleh swasta. Namun, pihaknya tidak ingin para siswa menjadi korban dan tidak bisa nyaman mengikuti kegiatan belajar mengajar.
"Yayayasan akan kita hubungi. Dinas dan pemerintah terkait juga akan kita hubungi, mungkin bisa bertemua di dewan (DPRD Jatim) atau disini tidak masalah. Yang penting ada solusinya," jelasnya.
Sementara itu, Angga Kurniawan wakil sekretaris Yayasan Siswa Tama mengatakan, setelah atap dan langit-langit kelas tersebut ambrol, pihaknya lagsung mengajukan proposal ke perusahaan swasta. Namun, belum ada kepastian kapan mendapatkan bantuan untuk renovasi sekolah.
"Saya belum tahu, apakah sudah dilaporkan ke dinas (Dinas Pendidikan Kota Surabaya). Tapi kita sudah mengajukan proposal ke berbagai instansi, katanya tahun ini tidak bisa karena penuh, mungkin bisa dibantu tahun depan," jelas Angga. (ara/rois-detik)