Pengendara sepeda motor menuntun kendaraannya akibat banjir di kawasan Nginden, Surabaya (13/3). |
SURABAYA – Sebuah kota dinilai layak huni salah satunya
dengan keberhasilan tata kotanya. Sebagai salah satu kota terbesar dengan
penduduk terpadat di Indonesia, Surabaya selayaknya memiliki sarana publik yang
memadai. Namun begitu, Surabaya adalah kota dengan potensi banjir yang besar di
saat musim penghujan.
Secara topografis, Surabaya berada dalam dataran rendah
di atas ketinggian 3 - 6 meter dpl. Surabaya juga merupakan daerah aliran
sungai baik dari dalam maupun luar kota. Tanah kota pahlawan ini pun kebanyakan
terdiri dari tanah liat sehingga tidak mudah menyerap air.
Sehingga dapat dipastikan, jika musim penghujan datang,
hujan akan menyebabkan banjir dan mengakibatkan beberapa ruas jalan raya yang
berada di kawasan Surabaya macet total. Genangan banjir dapat menggangu
kelancaran roda perekonomian, kesehatan, dan kenyamanan masyarakat.
Hujan deras yang menguyur kota Surabaya, sejak Kamis (13/2)
siang, mengakibatkan sejumlah wilayah terendam banjir. Salah satunya, di
beberapa ruas jalan dan perkampungan di Rungkut dan Jalan Nginden Intan.
Bersasarkan pantauan Koran Madura, kawasan ini digenangi air setinggi 50 cm. Banjir mulai terlihat sejak satu jam setelah hujan turun hingga kini belum surut. Lalu lintas disekitar lokasi juga macet. Banyak kendaraan yang memperlambat lajunya.
Selain di dua lokasi tersebut, hujan deras disertai angin kencang ini bahkan merobohkan pohon di Jalan Adityawarman dan Jalan Darmo. Namun, pohon yang tumbang tersebut tidak mengenai badan jalan, sehingga tidak menganggu lalu lintas.
Beberapa warga juga mengeluh atas genangan air tersebut. Hampir seluruh wilayah Surabaya, seperti di Simo dan Petemon, bagian Surabaya Barat juga tergenang air. Begitupula di Jalan Mayjen Sungkono, Darmo Satelit, Lontar, Medokan Ayu, Gunung sari, Margorejo, Opak, Ciliwung, Hayam Wuruk, Bratang, Balongsari, Jemursari, Tanjungsari.
Bersasarkan pantauan Koran Madura, kawasan ini digenangi air setinggi 50 cm. Banjir mulai terlihat sejak satu jam setelah hujan turun hingga kini belum surut. Lalu lintas disekitar lokasi juga macet. Banyak kendaraan yang memperlambat lajunya.
Selain di dua lokasi tersebut, hujan deras disertai angin kencang ini bahkan merobohkan pohon di Jalan Adityawarman dan Jalan Darmo. Namun, pohon yang tumbang tersebut tidak mengenai badan jalan, sehingga tidak menganggu lalu lintas.
Beberapa warga juga mengeluh atas genangan air tersebut. Hampir seluruh wilayah Surabaya, seperti di Simo dan Petemon, bagian Surabaya Barat juga tergenang air. Begitupula di Jalan Mayjen Sungkono, Darmo Satelit, Lontar, Medokan Ayu, Gunung sari, Margorejo, Opak, Ciliwung, Hayam Wuruk, Bratang, Balongsari, Jemursari, Tanjungsari.
Apa penyebab utama dari banjir tahunan ini? Salah satu
penyebab utama tersebut adalah buruknya sarana saluran drainase. Mengapa?
karena air tidak cepat terserap sehingga tergenang terlalu lama. Keadaan ini
diperparah dengan perubahan tata guna lahan di daerah aliran air.
Dinas Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum
menyatakan terjadi perubahan tata guna lahan untuk pemukiman dan kebutuhan
komersil lainnya sehingga tidak ada lagi daerah yang kosong yang dapat
digunakan untuk Sanitary Landfill.
Meski kemampuan sistem drainase di seluruh rayon/sistem
drainase di Kota Surabaya bekerja optimal namun banjir di tiap-tiap rayon juga
tak terelakkan. Antara lain Rayon Genteng, Rayon Gubeng, Rayon Jambangan, Rayon
Wiyung dan Rayon Tandes.
Penyebab lainnya adalah penyempitan saluran drainase akibat
pembuangan sampah di saluran air seperti sungai. Sistem drainase akan mengalami
kebutuan akibat sampah yang tertimbun di saluran air
"Jika ada genangan air yang surutnya lama, berarti
saluran airnya bermasalah," ujar salah satu Camat Surabaya yang minta
tidak disebutkan namanya
Bidang Humas Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menyatakan
bahwa pihaknya telah berupaya menanggulangi banjir. Lewat Dinas Pekerjaan Umum
(PU) Pematusan, Surabaya bergerak menuju kota yang bebas banjir. Yakni,
memperbanyak alat berat yang digunakan untuk mengeruk lumpur atau sampah yang
terendap. Hingga penjadwalan rutin untuk pembersihan saluran-saluran drainase.
Pemkot juga memfasilitasi pembangunan Box Culvert atau biasa
disebut saluran gorong-gorong Gorong-gorong ini dibangun di bawah jalan raya,
dan memiliki daya tampung hingga 6 m ke dalam tanah. Sehingga air hujan akan
ditampung dan tidak meluber ke jalan raya.
Kendati pembangunan drainase di beberapa ruas sudah selesai
90 persen, namun masih ditemukan genangan air. Seperti di Jalan Sri Ikana,
Jalan Dharmawangsa di Kecamatan Gubeng yang merupakan langganan banjir.
“Pembangunan gorong-gorong ini oleh Pemkot Surabaya,” ujar
Amanu, salah seorang pekerja proyek saluran gorong-gorong di Kecamatan Gubeng.
Akhirnya, kita semua berharap bahwa Surabaya bebas banjir
bukan hanya sekedar wacana. (G. Armadianto Semeru)